Santri dan Moderasi Beragama

Khas santri dengan sarung dan peci hitam melekat dibadan nya dan ilmu yang mumpuni tentang agama santri hampir selalu dipandang positif dimasyarakat. Karakter dan kelebihan ini santri berpeluang untuk menyampaikan moderasi beragama dengan khas sarung santri yang membungkusnya.

Sebenarnya agama telah dipahami secara wajar dan proposional oleh masyarakat, sesuai dasar dan tujuan syariat (maqashid al-syariah). Dalam konteks masyarakat penyebutan maqashid al-syariah tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai yang dibawa agama seperti keadilan (‘adalah), keseimbangan (tawazun), moderat (tawasuth), proposional (I’tidal), dan toleransi (tasamuh). Hal ini sangat melekat budaya masyarakat.

Santri dengan intelektualnya dan wawasan keagamaan nya, santri mampu memberi pencerahan kepada masyarakat dengan keilmuannya. Sebagaimana menurut presiden ke 4 Abdurrahman Wahid atau biasa disebut dengan Gus Dur mengatakan :semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin besar rasa toleransi.

Dengan jiwa sosialnya santri dapat menerima perbedaan karena semasa di pesantren santri banyak menerima perbedaan dari suku, budaya, warna kulit, dan perbedaan lainnya. Ini akan melatih perbedaan sejak dini.

Santri identik dengan dakwah. Dalam berdakwah santri menggunakan kita kuning kuno dalam berdakwah santri menyampaikan pesan pesan universal agama serta mengajak umat memahami ajaran, tradisi dan konteks keumatan dengan baik, tepat, dan benar.

Dengan kelimuan dan perannya santri berpotensi mengemban amanah sebagai penyebar pesan moderasi beragama, apabila dibalut dengan cinta tanah air dan prinsip Bhineka Tunggal Ika.

Santri harus cinta tanah air dan moderat, kehadirannya yang dekat dengan masyarakat menjadi strategis untuk menyebarkan pesan-pesan keagamaan yang harmonis.

Table of Contents

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *