Ketika kearifan budaya local terabaika

Apa yang dipertimbangkan wisatawan Ketika melakukan perjalanan ke suatu resort wisata ? Ternyata selain fasilitas transportasi yang memadai dan pelayanan yang menyenangkan, masih ada lagi tampilan kearifan budaya local yang dikemas secara apik dan berkelas membuat pengunjung betah untuk tinggal berlama-lama.

tarian Lembe Lembe

 

Mengacu kepada kepada sejarah Kesultanan Ternate yang saya baca dan amati,salah satu kearifan bernuansa sacral yang digelar di lingkungan istana atau kedaton adalah tarian legu legu. Tarian ini memiliki kekhasan tampilannya halus dan menawan, diikuti Gerakan yang padu dan serasi. Namun tarian yang digelar hanya kalangan Wanita itu tak pernah saya lihat dalam kehidupan masyarakat adat Kesultanan Maluku Astenabacan. Mudah mudahan saya keliru.

Kesenian tari legu legu merupakan salah satu seni panggung atau pentas ritual kesenian istana (Hoft Kunst) bermakna sacral mengandung nilai nilai historis berseni tinggi berkelas. Pagelaran tari ini dilakoni 25 jojaro (Wanita) usia muda terlatih dan terampil dengan tampilan berwajah ayu terkesan ramah dan ceria. Para penari mengenakan blus berlengan Panjang berwarna cerah dipadu rok terusan terurai hingga mata kaki. Aksesoris yang digunakan mulai dari hiasan mahkota bertabur manik manik berkilau, ikat pinggang, selendang dan kipas.

Legu legu digelar pada saat pelantikan Sri Sultan, Ulang tahun Sultan/Ratu serta acara menyambut para tamu terhormat, undangan keluarga istana atau kedaton. Tampilan penari tidak melakukan Gerakan berlebihan agar tidak menyimpang dari nilai nilai sacral / ritual itu sendiri. Tarian legu legu menyita waktu cukup lama karena tampilan gerakannya merupakan tari keliling atau round dance, tanpa menggunakan music pengiring baik pukul, tiup dan gesek. Hanya melantunkan syair syair hasil gubahan budayawan istana di masa lalu cukup berkualitas dan berkelas.

Di kalangan masyarakat adat Kesultanan Astana Bacan, mungkin belum pernah digelar ataukah terjadi stagnan nasib tarian ini sama dengan atraksi perhelatan lembe lembe, suatu kearifan budaya masyarakat adat Labuha lebih dari 6 dasawarsa tenggelam bagaikan ditelan bumi. Padahal Lembe lembe salah satu asset budaya local yang oleh sangaji labuha ditetapkan sebagai trademark atau jati diri budaya setempat ujar PAD Brisman, salah satu tokoh masyarakat dalam forum seminar tentang Sangaji Ganda tahun 1967 di Labuha.

Atraksi Lembe Lembe

Benar juga kata orang bijak, mempertahankan lebih sulit daripada meraihnya. Itulah perjalanan salah satu kearifan local masyarakat Kristen Labuha yang diberi label “Lembe lembe” kini masti suri tinggal kenangan. Atraksi lembe lembe ini dapat diperan oleh anak remaja belasan tahun pemuda dan orang dewasa baik pria maupun Wanita.

Sepanjang yang saya amati, atraksi yang unik dan khas itu belum pernah saya lihat digelar di kota lain. Bila asset budaya ini dikemas secara professional lewat sentuhan inovasi yang berkelas, dapat dijadikan destinasi wisata budaya potensial di dibumi Saruma Patut diagendakan menjadi calendar tetap dan dijadwalkan pada musim kemarau. Selama ini agenda perjalanan wisatawan menuju resort wisata Halmahera Selatan  merupakan perjalanan biaya tinggi selain jauh dan termasuk kabupaten maritim cukup luas, maka para stakholder daerah ini dan para pemain usaha wisata harus mampu merevitalisasi resort dan tradisi kearifan local agar lebih menarik dan memiliki nilai jual.

Bagi wisatawan berkantong tebal tidak segan merogoh kantong nya dalam dalam untuk sebuah pengalaman berharga yang menyenangkan di dalam hidupnya untuk atraksi yang dianggap baru. Dan suatu saat mereka akan Kembali lagi dan membawa teman dan keluarga untuk bernostagia.

Sebenar tujuan awal atraksi lembe lembe dalah donasi untuk membangun rumah ibadah kaum jompo dan yatim piatu tetapi tidak ada salahnya untuk digelar kepada wisatawan dalam sebuah perjalanan paket terpadu.

Penggunaan material untuk pembuatan perahu atraksi lembe lembe terbilang mudah diperoleh karena tersedia di hutan alam sekitar kota Labuha. Katakan saja dimulai dari bambu,papan,kaso,tali ijuk,daun kelapa yang muda dan lainnya. Alat perlengkapan lain diantaranya dayung, dodofa atau tombak, ikan dan bangau bentuk mini, tifa, ikat kepala, tali gendong, perahu, tolu, bendera, umbul umbul, gitar, ukulele, kaos celana dan sebagainya. Untuk design perahu disesuaikan dengan selera apakah berbahan bambu atau lebih keren terbuat dari kayu agak ringan dan mudah dibuat. Daun kelapa muda perlu dibentuk lebih tampak berseni di sisi kiri dan kanan perahu. Bagian kemudi dihiasi rumbai rumbai sesuai selera yang menata.

Tahap pagelaran Lembe lembe sebagai berikut :

• Penampilan atraksi lembe lembe digelar dijalan protocol kota Labuha hingga Amasing dan sekitarnya.
• Jumlah personil dalam perahu terdiri dari :
• Juru mudi : 1 orang
• Pukul tifah ditengah : 1 orang
• Pemegang dodofa : 1 orang
• Pendayung sisi kiri : 4 orang
• Pendayung sisi kanan : 4 orang

(Sesuai ukuran perahu)

• Zona depan perahu ditempati anak remaja belasan tahun pria dan Wanita. Mereka berlari secara acak sambal memegang ikan dan bangau ukuran mini. Hanya 3 orang pemuda lelaki membawa ikan berukuran besar untuk sasaran tikam dari atas perahu. Bila tikam mengena, harus ada atraksi Tarik menarik antara penikam dengan pemeran ikan, bisa saja ikan lepas dari tangkapan.
• Zona belakang perahu barisan orang dewasa pria dan Wanita melelangkan hasil tangkapan diiringi music dan lagu judul “ Ikan bobara” sambal ibu ibu membawa hasil tangkapan kepada donator. Pada masa lalu donasi berupa uang dimasukkan ke mulut ikan terbuat dari kertas barangkali perlu diubah lewat kotak sumbangan.

Beberapa sosok yang saya masih ingat berperan sebagai pemegang alat dodofa atau tombak adalah Aser Van Joost sedangkan pendayung diantaranya Markus Manuhutu, Pieter Daada, Daniel Klavert, Fredek Lestung, Niklon Van Joost, KOrneles Kemor, Benjamin Matheis, Frans Manuhutu, Hein Lestuny, Welly Manzanaris, Hugo Diaz, Leo Salmon, Jacob Terloit dan lain lain. Sedangkan di kalangan Wanita rombongan penyanyi Paulina Klavert, Botolina Regel, Johana Lestuny, Pitronela Tak, Mentji Terloit, Leonora Matheis, Sartje Klavert, Barba Tupan, Dintje Latupapua, dan masih banyak lagi secara bergantian.

Untuk lebih dikenal dikalangan wisatawan tiga perhelatan kolosal harus menjadi perhatian pemerintah daerah Halmahera Selatan diantaranya seni tari legu legu , atraksi lembe lembe dan tari perang cakalele. Dengan melakukan revitalisasi agar ketiga perhelatan tampil lebih trendi dengan demikian industry pariwisata di daerah ini akan mengalami perubahan berarti. Namun karena tarian legu legu memiliki nilai histori bermakna sacral maka merupakan kebijakan pihak kesultanan bacan untuk menentukan perlu tidaknya tarian ini digelar kepada wisatawan. Kita tunggu saja !

Dirangkum : A.Alexander Pollatu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *